wOw

Selasa, 21 Februari 2012

Gawe Latar Belakang Skripsi


ENAM PERTANYAAN LATAR BELAKANG BAB 1 SKRIPSI
(Drs. Sukadaryanto, M.Hum.)

1. MENGAPA MEMILIH X?
2. ADA APA DENGAN X?
3. APA ISTIMEWA X?
4. APA MANFAAT X?
5. APA KAITAN DENGAN IPTEKS (JAMAN SEKARANG)?
6. APA YANG ANDA HARAPKAN DARI X?

KETERANGAN:
1. X adalah OBJEK PENELITIAN.
2.MASING-MASING PERTANYAAN DIJAWAB DENGAN URAIAN BERUPA PARAGRAF DENGAN TATA TULIS YANG BENAR (EYD). SATU PERTANYAAN BISA DIKEMBANGKAN MENJADI 2 LEMBAR.
3.HINDARI KATA KITA, KATA PENGHUBUNG DI AWAL KALIMAT, GUNAKAN RANGKAIAN KALIMAT SEDERHANA STANDART (SPOK).
4.LATAR BELAKANG MERUPAKAN ALASAN ANDA MENGAPA INGIN MENGKAJI/MENELITI SUATU OBJEK PENELITIAN.
5. JENIS HURUF (TIMES NEW ROMAN) UKURAN 12, DENGAN BATAS TEPI ATAS-KIRI: 4 CM, BAWAH-KANAN: 3 CM. NOMOR HALAMAN PADA LEMBAR PERTAMA (BAB) DI TEPI BAWAH MISAL: BAB I HALAMAN 1 (DI BAWAH TENGAH), SEDANGKAN UNTUK HALAMANAN SELANJUTNYA DI TEPI POJOK ATAS SEBELAH KANAN, MISAL: 2, 3, DST.

Rabu, 01 Februari 2012

KaIn_BaTik

Kain batik yang memiliki beberapa motif untuk pengantin secara konotatif mempunyai arti lambing yang berbeda. Tetapi mempunyai pengertian arti makna yang sama, yaitu antara lain memiliki pengertian mengenai hidup, cinta dan kebahagiaan. Kain-kain batik itu antara lain:
1.  Sidomukmi
Secara etimologis kata sidomukti terdiri dari dua suku kata, sido artinya jadi, dan mukti artinya bahagia. Kain ini merupakan jenis kain ukel (motif koma). Latar berwarna putih dengan hiasan ukel. Secara kualitatif, makin kecil / rumit ukelnya semakin tinggi kualitasnya. Ukel ini dilengkapi dengan hiasan yang lain, yaitu fauna berupa burung, kupu, sayap (sawat) dan kereta (joli, Jawa).

2.  Sidoluhur
Secara etimologis kata sidoluhur terdiri dari dua suku kata, sido artinya jadi, dan luhur artinya mulia. Kain ini mempunyai motif flora (bervariasi) dan fauna latar agak gelap. Kain sidoluhur mempunyai arti lambing harapan agar supaya kelak dikediaman hari kedua mempelai menjadi orang yang bahagia dan mulia.

3.  Parang Kusumo
Secara etimologis kata Parang Kusumo terdiri dari dua suku kata, parang artinya batu karang di laut, dan kusumo artinya bunga. Motif kain ini adalah stilisasi dari batu karang dan bunga yang tumbuh di sela-sela batu karang dengan latar coklat muda.
Batu karang menggambarkan para sesepuh yang sudah mantap hidupnya dan merupakan golongan senior, banyak pengetahuannya, hidupnya sudah banyak makan garam. Kusumo melambangkan bunga (kusumo, Jawa = pengantin) yang dalam proses jadi buah. Jadi pengantin merupakan unsu yang penting dalam masyarakat. Baik jeleknya masyarakat tergantung dari buah perkawinan ini.

4.  Trumtum
Truntun atau trubus, berarti tumbuh. Motif kain adalah bunga-bunga kecil bagaikan bunga tanjung yang seperti binatang. Latar hitam polos.
Arti lambing kain truntum adalah pengharapan kekekalan perkawinan. Cinta yang terus tumbuh merupakan faktor penting untuk dasar kelangsungan hidup perkawinan ini. Truntum ada yang mengartikan tumaruntum artinya saling menuntun (menggandeng) yang mengandung pengertian saling mencintai.
Ada beberapa variasi kain ini, yaitu truntum garuda, truntum anggrek, dan sebagainya.
Disamping itu arti lambing kain truntum yang dipakai kedua keluarga isteri dan suami ialah telah menjadi satu keluarga (sedulur siji, Jawa). Hal ini terjadi secara simbolis pada waktu upacara panggih pengantin.

5.  Semen Rama
Secara etimologis kata semen rama terdiri dari dua suku kata, semen (semi) artinya bertunas, tumbuh dan rama adalah tokoh yang terkenal dalam cerita Ramayana suami dari sinta. Rama dan Sinta adalah dua sejoli yang merupakan pasangan ideal, lambing kesetiaan. Motif kain ini adalah bermotif flora dengan latar coklat muda.
Arti lambing kain semen rama adalah cinta yang selalu bersemi yang dialami pengantin hendaknya seperti cintanya Dewi Sinta dan Rama. Setia sekalipun digoda oleh Rahwana.

6.  Cakar Ayam
Cakar ayam berarti kaki ayam yang memiliki kuku-kuku tajam. Motif kain merupakan cakar ayam. Arti lambangnya adalah agar supaya kedua mempelai yang telah lepas dari orang tuanya mempu mencari nafkah sendiri. Dalam hal ini mencari nafkah sendiri digunakan daua cakar ayam yang sedang mengais.

7.  Babon angrem
Babon angrem atau ayam betina yang sedang mengerami telor. Motif kain berupa dua ekor babon yang sedang mengerami telor. Arti lambangnya agar mempelai mendapatkan keturunan atau tidak mandul (gabug, Jawa).

8.  Udan Riris
Secara etimologis kata Udan Riris terdiri dari dua suku kata, udan artinya hujan, dan riris artinya rintik-rintik atau gerimis. Pada waktu hujan rintik-rintik kadang-kadang masih terdapat sinar matahari yang mengakibatkan terjadinya (biang lala) yang indah mempesona. Biang lala terdiri atas tujuh warna yang disebut spektrum warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Udan riris melambangkan pengertian bahwa pengantin kelak akan menikmati keindahan hidup dan restu Tuhan. Seperti halnya biang lala (pelangi) yang indah ciptaan Tuhan.

9.  Sido asih
Arti lambang berupa terkabulnya cinta.

10.   Grompol
Arti lambang berupa persatuan cinta suami istri.

11.   Nagasari
Ari lambang berupa keindahan dan kebahagiaan perkawinan.

12.   Mangkara sisik
Arti lambang berupa persatuan cinta suami istri.


Sumber saka: Wibowo, Suhartinah, Maharkesti, dan Kustati. 1986. Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-nilai Budaya Proponsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kaca:38-43.

kErIs


Keris

Keris (wangkingan, Jawa) dengan corak (ladrang) diselitkan dibelakang badan, miring kekanan dengan deder (pegangan keris) menghadap ke atas. Pemakaian keris dengan gaya seperti ini biasanya dilakukan untuk pertemuan menghadap Raja (pisowanan, Jawa). Gaya seperti itu disebut maraseba (
Keris di samping memiliki lambang kejantanan, keberanian juga berfungsi untuk menolak berbagai bahaya gaib (tolak bala, Jawa). Deder merupakan stiliran manusia. Dapat dilihat bentuk dan namanya seperti bathuk (dahi), sirah ngajeng (kepala muka), sirah wingking (kepala belakang), jiling (tulang pelipis), gigir (panggung), weteng (perut), cetek (tengkuk), dan bungkul (kepala tongkat).

Sumber saka: Wibowo, Suhartinah, Maharkesti, dan Kustati. 1986. Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-nilai Budaya Proponsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kaca:43.