wOw

Selasa, 31 Januari 2012

UngKaPan LAn PeTuah JaWa


1.    “Becik ketitik ala ketara”
Artinya orang yang baik watak dan tabiatnya akan ketahuan kebaikannya, sedangkan orang yang buruk perangai dan kelakuannya akan terliat juga buruknya. Ungkapan ini mengandung nilai pendidikan yaitu orang hendaknya selalu bercakap dan bertindak baik-baik. Orang yang berbuat buruk walaupun ditutup-tutupi akhirnya akan ketahuan pula. Sebaliknya perbuatan yang baik walaupun tidak disebarluaskan pada akhirnya akan diketahui pula oleh orang banyak.
2.   “Digdaya tanpa aji, sugih tanpa banda, menang tanpa ngasorake”
Artinya orang yang memiliki keluhuran budi tentu memiliki kewibawaan yang tinggi ibarat orang sakti. Keluhuran budi diibaratkan sebagai kekayaan yang sangat tinggi nilainya. Nilai yang terkandung di dalamnya adalah ajaran yang mengharapkan agar orang senantiasa beriktikat baik dan berbudi luhur. Sikap demikian itu sangat tinggi nilainya, baik di dalam hidup bermasyarakat, organisasi sosial, maupun pemerintahan.

3.   “Giri lusi janma tan kena kinira” (Giri lusi janma tan kena ing ina)
Artinya kemampuan, kecakapan, kepribadian seseorang tidak dapat diperkirakan dengan tepat. Tiap-tiap orang memiliki kemampuan, kecakapan, kepribadian yang berbeda-beda. Ungkapan tersebut mengandung nilai pendidikan dan petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Mencela dan mengukur kemampuan orang lain merupakan perbuatan yang tidak susila.

4.   “Negara mawa tata, desa mawa cara”
Artinya tiap negara mempunyai pranata atau tata pemerintahan dan tata sosial sendiri-sendiri. Tiap desa mempunyai tata cara, adat kebiasaan, dan adat istiadat sendiri-sendiri. Nilai yang terkandung di dalamnya bersifat mendidik kea rah sikap memahami serta menghargai teman bergaul yang berasal dari negara lain, kota, atau desa mempuyai tata nilai yang berbeda-beda.

5.   “Ngiloa githoke dhewe”
Artinya hendaknya orang dapat mengetahui kekurangan, kelemahan, cacat, cela, aib yang ada pada dirinya sendiri. Demikian pula hendaknya orang dapat mengetahui kesalahan yang sudah diperbuatnya sendiri. Petunjuk tersebut mengandung nilai agar orang menyadari bahwa setiap orang mengandung kekurangan, kelemahan, cacat, dan sebagainya. Maka di dalam petunjuk itu terkandung harapan agar orang dapat berjiwa besar, tenggang rasa, suka mengampuni kesalahan orang lain.

6.   “Sapa gawe nganggo, sapa nandur ngundhuh”
Artinya setiap orang akan memetik hasil sesuai dengan perbuatannya. Ungkapan tersebut mengandung peringatan agar semua orang sebelum berbuat sesuatu telah mempertimbangkan dengan baik-baik kemungkinan akibat yang akan terjadi.

7.   “Yen omong sing maton, aja mung waton omong”
Artinya seseorang jika berbicara hendaknya dengan dasar atau alasan yang mapan, jagan asal berbicara saja. Ungkapan ini mengandung ajaran, orang hendaknya berhati-hati dalam berbicara, memperhatikan apa yang dibicarakan, dalam forum apa dia bicara, dalam suasana bagaimana, di mana tempat berbicara, dan siapa yang diajak berbicara.

8.   “Wong iku kudu ngudi kabecikan, jalaran kabecikan iku sanguine urip”
Artinya orang harus berusaha mencari kebaikan sebab kebaikan itu bekal hidup.

9.   “Wong kang ora gelem ngudi kebecikan iku prasasat setan”
Artinya orang yang tidak mau berusaha mencari kebaikan itu laksana setan.

10.  “Sing gelem ngudi kautamaning urip mesthi didohi dhemit”
Artinya barang siapa mencari dan mewujudkan keutamaan hidup pasti dijauhi setan.

11.  “Wong tuwa kang ora ngerti kabecikan sarta ora ngerti marang uda negara lan tata krama iku sejatine dudu panutane putra wayah”
Artinya orang tua yang tidak berusaha berbuat kebaikan serta tidak mengerti adat dan sopan satun atau tata krama, pada hakikatnya bukanlah panutan anak cucu.

12.  “Wong tuwa kudu mulang kang prayoga marang putra wayah”
Artinya orang tua harus menajarkan yang baik dan pantas kepada anak cucu.

13.  “Sing sapa nyembah marang wong tuwa kang ora ngerti uda negara lan tata krama kuwi prasasat ngumbah uyuh lan kotoran kang akeh banget”
Artinya barang siapa yang menghormati orang tua yang tidak tahu akan adat dan tata krama (orang jahat) itu sama dengan membersihkan air kencing dan kotoran yang banyak sekali.

14.  “Putra iku perdinen sesileng tata”
Artinya anak harus dididik tata susila atau tata krama.

15.    “Lamun ana wong kang tansah gawe gleaning atine liyan, jalaran rumangsa dheweke darbe pangkat, iku uga perlu diedohi. Ing tembe yen wis ilang pangkate kari katon alane wae”
Artinya barang siapa selalu membuat kecewa orang lain karena ia berpangkat, orang itu perlu dijauhi. Kelak ketika pangkatnya tanggal akan kelihatan jeleknya saja.

16.  “Wong luwih iku kudu bisa apek ati lan ngepenakake atine liyan:
(1)             Yen kumpul wanita kudu bisa ngetrapake tembung kang manis kang bisa gawe senenging ati,
(2)        Yen kumpul pandhita kudu bisa ngomongake tembung kang becik,
(3)        Yen ana sangarepe mungsuh kudu bisa ngatonake pasedulurane”

Artinya orang arif itu harus dapat mengambil hati dan menyenangkan hati orang lain:
(1)          Kalau berkumpul dengan wanita harus dapat menggunakan bahasa yang dapat menyenangkan hati,
(2)         Kalau berkumpul dengan pendeta harus dapat membicarakan hal-hal yang baik,
(3)         Kalau dihadapka musuh harus dapat memperlihatkan sikap persaudaraan.

Sumber saka: Bastomi, Suwaji. 1995. Seni dan Budaya Jawa. Semarang: IKIP Semarang Press, Kaca: 68-71.



Tidak ada komentar: