wOw

Jumat, 24 Juni 2011

WiLaNgan_JawA


Wilangan Jawa saka Raffles ing buku The History of Java,  taun 1815
100                              : Ratus :  (mesthine: atus)
1.000                           : Rebu (saiki : ewu)
10.000                         : Laksa
100.000                       : Keti
1.000.000                    : Yuta
10.000.000                  : Bara
100.000.000                : Memeng
1.000.000.000             : Pante
10.000.000.000           : Chamo
100.000.000.000         : Ekso’eni
1.000.000.000.000      : Pertana
10.000.000.000.000    : Gulma
Sumber: Sujatmo. 1992. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Press, kaca: 23

Kamis, 23 Juni 2011

PaNcaSiLa


ASAL PANCASILA
            Pancasila itu sediri beasal dan digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Istilah kata-kata Pancasila pada abad ke-14 telah dipai oleh pujangga Prapanca di dalam buku Negara Kertagama yang hidup pada zaman Keprabuan Majapahit. Istilah kata-kata Pancasila ini juga dipakai oleh Mpu Tantular, teman Prapanca di dalam bukunya Suta soma.
Perumusan Pancasila mempunyai sejarah yang cukup panjang. Surjanto Puspowardojo (1989) membagi perumusan Pancasila atas zaman prarevolusi, zaman revolusi antara tahun 1945-1950, pascarevolusi tahun 1950 dan seterusnya.
Sejak terjadinya pergerakan-pergerakan nasional melawan penjajahan dan munculnya putra-putri terbaik bangsa Indonesia seperti Boedi Oetomo, Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Din, dan lain-lain, sebenarnya nilai-nilai Pancasila secara pragmentaris telah dilaksanakan. Bangkit dan berkembangnya kesadaran idologi pemuda Indonesia pada tahun 1928, menghasilkan Sumpah Pemuda yang bertekad untuk mempersatukan tanah air, bangsa, dan bahasa. Sumpah Pemuda ini merupakan consensus nasional yang berfungsi sebagai pengintegrasi bangsa Indonesia, menuju konsensus nasional Pancasila.

BEBERAPA RUMUSAN PANCASILA
Rumusan Pancasila menurut Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945
Rumusan Pancasila menurut pidato Soekarno, tanggal 4 Juni 1945
1.      Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2.      Kemanusian yang adil dan beradap.
3.      Persatuan Indonesia.
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / keadilan.
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1.      Kebangsaan Indonesia.
2.      Internasionalisme atau perikemanusiaan.
3.      Mufakat atau demokrasi.
4.      Kesejahteraan sosial.
5.      Ketuhanan yang berkebudayaan.
Rumusan Pancasila menurut pidato Moh. Yamin, tanggal 29 Mei 1945
Rumusan resmi Pancasila
1.      Perikebangsaan.
2.      Perikemanusiaan.
3.      Periketuhanan.
4.      Perikerakyatan.
5.      Kesejahteraan rakyat.

1.      Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.      Kemanusian yang adil dan beradap.
3.      Persatuan Indonesia.
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / keadilan.
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.



BUTIR-BUTIR PENGAMALAN PANCASILA
1.      SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
A.    Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
B.     Hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
C.     Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
D.    Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
[Keyakinan akan Ketuhanan Yang Maha Esa]

2.      SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP
A.    Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
B.     Saling mencintai sesame manusia.
C.     Mengembangkan sikap tenggang rasa.
D.    Tidak semena-mena terhadap orang lain.
E.     Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
F.      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
G.    Berani membela kegiatan kemanusiaan.
H.    Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
[Pembangunan untuk manusia]

3.      SILA PERSATUAN INDONESIA
A.    Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
B.     Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
C.     Cinta Tanah Air dan Bangsa.
D.    Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
E.     Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
[Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa]

4.      SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DAN KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
A.    Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
B.     Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
C.     Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
D.    Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
E.     Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
F.      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan nurani yang luhur.
G.    Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjujung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
[Kekeluargaan, gotong-royong, musyawarah dan kedaulatan di tangang rakyat]

5.      SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
A.    Mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
B.     Bersikap adil.
C.     Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
D.    Menghormati hak-hak orang lain.
E.     Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
F.      Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
G.    Tidak bersifat boros.
H.    Tidak bergaya hidup mewah.
I.       Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
J.       Suka bekerja keras.
K.    Menghagai hasil karya orang lain.
L.     Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
[Kemakmuran yang merata]

Sumber: Pelly, Usman dan Asih Menanti. 1994. Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.